(Coming Soon)
Tidak Apa-Apa, Malas Boleh-Boleh Saja: Sebuah Panduan untuk Lebih Menghargai Diri Sendiri
Apa yang pertama kali terlintas di kepala ketika membaca judul buku ini? Mungkin ada yang berpikir bahwa ini adalah judul yang bodoh, sebuah buku yang mengajarkan seseorang menjadi malas. Kita yang memilih buku ini memiliki dua kemungkinan: ingin mendapatkan validasi atas sikap bermalas-malasan yang kita lakukan atau mendapatkan jawaban atas pertanyaan, “Benarkah tidak apa-apa malas?” Tapi, apakah orang malas mau membaca buku?
Baiklah, bermalas-malasan berbeda dengan malas. Dan buku ini menekankan bahwa dalam keadaan tertentu, malas boleh dilakukan, tidak apa-apa dan tidak perlu merasa bersalah. Malas sebenarnya cukup umum dirasakan, tetapi dianggap sebagai aib memalukan. Kata malas bahkan mewakili kesan buruk bagi pribadi seseorang. Padahal, kenyataannya, kita semua pernah merasa malas. Ada saat-saat di mana tubuh, pikiran, dan hati kita “malas” mengikuti rutinitas dan meminta untuk berhenti sejenak.
Sejatinya, setiap hal yang kita rasakan membawa pesan yang ingin disampaikan, termasuk rasa malas. Buku ini mengajak kita untuk menelusuri rasa malas dan penyebabnya, serta memahami bahwa merasa malas bukanlah dosa, melainkan bagian dari siklus alami manusia. Malas bahkan bisa menjadi momen untuk melakukan refleksi diri, mengisi ulang energi, dan menata ulang prioritas.
Namun, seperti semua hal, malas juga memerlukan batas dan perlu dimanfaatkan secara bijak agar tidak berubah menjadi penghalang kemajuan. Karenanya, dalam buku ini juga dibahas kapan kita boleh menuruti rasa malas dan kapan perlu melawannya. Semoga buku ini menjadi sahabat yang membantu kita menghadapi rasa malas. Sehingga, lain kali, ketika rasa malas datang, kita bisa berbisik kepada diri sendiri, “Tidak apa- apa, malas boleh-boleh saja.” Kita hanya perlu mengelolanya secara bijak.